Review Novel Melbourne: Rewind Karya Winna Efendi
Kaver lama |
Kaver baru |
Penulis: Winna Efendi
Tebal: 340 halaman
Terbit: Juni 2013 (cet. pertama)
2013 (cet. ketiga)
Okt. 2016 (kaver film)
Penerbit: GagasMedia
Harga: Rp. 55.200 (bukabuku)
Label: Setiap Tempat Punya Cerita
***
Pembaca tersayang,
Kehangatan Melbourne membawa siapa pun untuk bahagia.
Winna Efendi menceritakan potongan cerita cinta dari Benua Australia, semanis karya-karya sebelumnya: Ai, Refrain, Unforgettable, Remember When, dan Truth or Dare.
Seperti kali ini, Winna menulis tentang masa lalu, jatuh cinta, dan kehilangan.
Max dan Laura dulu pernah saling jatuh cinta, bertemu lagi dalam satu celah waktu. Cerita Max dan Laura pun bergulir di sebuah bar terpencil di daerah West Melbourne. Keduanya bertanya-tanya tentang perasaan satu sama lain. Bermain-main dengan keputusan, kenangan, dan kesempatan. Mempertaruhkan hati di atas harapan yang sebenarnya kurang pasti.
Setiap tempat punya cerita.
Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari Melbourne bersama pilihan lagu-lagu kenangan Max dan Laura.
Enjoy the journey,
Editor
***
Dulu, Max dan Laura memiliki kisah di Melbourne University. Pertemuan pertama mereka pun tidak seperti cerita awal drama yang berbunga-bunga, bukan juga love-hate relationship. Semuanya dimulai oleh benda kesayangan Laura yang hilang, walkman. Cecily atau Cee, sahabat Laura, juga mengetahui masa lalu mereka berdua. Putusnya hubungan Max dan Laura karena pandangan mereka yang berbeda akan ambisi. Max tahu bahwa dia akan selalu bersama dengan cahayanya, namun Laura tidak mengetahui masa depannya.
Kembalinya Max di hadapan Laura membuat mereka kembali menyorot balik masa lalu mereka, di saat seseorang datang dalam wujud dokter hewan yang menjadi sosok spesial bagi Cee. Dokter tersebut ialah Evan. Ini adalah cerita tentang masa lalu, apakah kamu berani untuk berjalan ke masa depan atau kembali dengan masa lalumu yang penuh kenangan?
***
Cee and Evan. Sumber |
Seperti buku GagasMedia lainnya, saya kadang suka tidak mengerti apa yang dimaksudkan dalam sinopsisnya, maka dari itu saya langsung membacanya dan bahkan membawanya saat sedang retreat. Sebenarnya buku ini dapat menjadi lebih baik apabila Kak Winna berhasil membuat alur cerita yang berbeda dari buku sebelumnya karena saya sudah mulai bisa menebak akhiran buku ini di pertengahan cerita. Jika kalian pembaca setia Kak Winna, pasti pernahlah kalian merasakan hal seperti itu. Konfliknya sudah dapat dicium walau berhasil diracik dengan bumbu yang tepat.
Namun, saya suka dengan layout dari buku ini karena saya serasa membaca surat yang ditulis Laura spesial kepada diri saya sendiri dibandingkan seperti membaca suatu karangan dalam bentuk novel. Selain itu, Kak Winna berhasil menggunakan latar tempat dengan baik dan tidak hanya menjadi tempelan yang menjadi kekurangan sebagian besar penulis yang menggunakan latar di luar negeri. Kita serasa dapat melihat dan membayangkan adegan dalam buku, tentunya dengan tokoh-tokoh imaginasi pemikiran kita selama membaca buku ini.
Selain itu, playlist lagu yang disisipkan dalam buku ini berhasil menggambarkan cerita dalam bab tertentu. Ini merupakan khas Kak Winna tentunya. Membaca buku ini serasa saya sedang menjelajahi Melbourne bersama keempat tokoh tersebut. Ilustrasi yang terdapat dalam buku ini juga berhasil menggambarkan tulisan dalam bab tersebut.
Max dan Laura. Sumber |
4 stars out of 5 for this book.
Buku ini juga telah diadaptasi menjadi film dan sudah tayang sejak 17 November 2016, trailer dapat disimak di bawah ini:
Kakak..... Aku mau jadi pacar kakak
ReplyDelete