Review Novel Bukan Istri Pilihan Karya Maria A. Sardjono
Penulis: Maria A. Sardjono
Tebal: 392 halaman
Terbit: Juni 2012 (cet. pertama)
April 2017 (cet. ketiga)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp58.000
Tebal: 392 halaman
Terbit: Juni 2012 (cet. pertama)
April 2017 (cet. ketiga)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp58.000
***
Tersiksa sebagai anak angkat yang tidak dicintai orangtua angkatnya, Ratih menerima lamaran Bu Marta untuk anak lelakinya, Hartomo. Mula-mula perkawinan ini berjalan manis. Tapi tidak lama, karena Hartono bosan beristrikan wanita pendiam, tak berani berpendapat, dan berpenampilan kuno.
Hartomo lalu meninggalkan kota kecilnya, menuju Jakarta untuk meraih kebahagiaan materi yang didambakannya. Sampai di Jakarta, Hartomo melupakan ibu dan istrinya, bahkan dia berniat menikah lagi dengan wanita yang lebih modern.
Setelah lima tahun tanpa kabar berita dari Hartomo, Ratih mengajak Bu Marta pindah ke Jakarta untuk memperjuangkan kehidupan dan cintanya. Dua tahun lamanya tinggal di Jakarta, dia berhasil meraih kehidupan yang lebih baik. Saat itulah dia bertemu kembali dengan Hartomo.
Pertemuan itu membuat Hartomo gamang. Tujuh tahun dia meninggalkan Ratih begitu saja. Bahkan dua bulan lagi dia akan menikahi gadis pilihannya. Tapi ketika melihat Ratih kembali, dia tidak rela melepaskan pilihan ibunya itu...
***
Ratih yang tinggal dengan Bu Marta, mertuanya, berniat untuk pergi ke Jakarta untuk menjauhi omongan dari tetangga mengenai keadaannya dan mencari Hartomo, suaminya yang sudah lima tahun ke ibu kota dan tak pernah kembali. Pencarian yang sulit serta keadaan Ratih yang membuatnya mau tak mau harus bekerja membuatnya melupakan sejenak keberadaan Hartomo dan dua tahun berlalu. Ketika kehidupan finansialnya sedang dibangun sambil dikejar oleh seorang lelaki, bertemulah kedua belah pihak dengan status yang saling disembunyikan. Bagaimanakah kelanjutan kisahnya?
CERITAKU
Aku membeli buku ini ketika Gramedia.com mengadakan penjualan buku dengan diskon besar-besaran. Aku melihat-lihat dan merasa bahwa buku ini memiliki sinopsis yang menggugah dan harganya saat itu membuatku tak pikir dua kali untuk menambahkannya dalam keranjangku. Akhirnya, buku ini menemaniku selama liburan akhir tahun.
PANDANGANKU
Awal melihat buku ini, kukira buku ini hasil terbitan tahun 1980-an dengan kavernya yang terasa otentik dan tak terlihat modern, bahkan dengan gurat dari judul itu sendiri. Maka dari itu, aku kaget melihat bahwa buku ini terbitan 2012 dan bahkan diperbaharui tone dari kavernya pada terbitan selanjutnya. Kaver yang terasa simpel bisa menunjukkan kesederhanaan dari Ratih, sang tokoh utama.
Setelah kucari di internet, ternyata buku ini sudah difilmkan pada tahun 1981. Maka dari itu, alur dari buku 392 halaman ini bisa dikatakan cukup lambat, dengan perinciannya yang sangat detail oleh sang penulis sampai-sampai aku tak begitu merasakan klimaks dan resolusi selesai membaca buku ini. Pembangunan karakter dan latar terkesan begitu panjang sehingga menimbulkan kesan gereget ketika membacanya. Mungkin penulis mencoba mengambarkan keadaan seorang istri yang mencari suaminya pada tahun 1980-an. Semua ini menutupi kenyataan bahwa tata bahasa yang digunakan sangat terstruktur dan indah.
Selama membaca ini, jujur saja aku tidak mengerti objektif dari buku ini adalah hubungan Ratih dengan suaminya, Hartomo atau kisahnya dengan Pak Dody, lelaki yang terus mengejarnya. Seakan-akan pembangunan dari awal kisah ini membuat tujuan Ratih bertemu Hartomo dikesampingkan.
Buku ini bisa menjadi lebih baik andaikata tidak terlalu lama dalam membangun latar karena secara tak langsung pembaca sudah bisa menebak kisahnya dari sinopsis. Apabila buku ini beralur lebih cepat sedikit, buku ini dapat dikatakan underrated karena buku ini mengajarkan pemberdayaan dari wanita, hal yang membuatku masih tetap melanjutkan buku ini hingga akhir.
Akhir kata, buku ini cocok untuk pembaca yang mencari kisah romantis ringan dengan rinci.
Rating (out of 5): 👗👗👗
Comments
Post a Comment