Review Novel Revered Back Karya Inggrid Sonya
Penulis: Inggrid Sonya
Tebal: 424 halaman
Terbit: Desember 2015
Penerbit: Elex Media Komputindo
Harga: Rp73.800
***
Jana dan Dimi adalah bayangan dan benda. Tidak pernah terpisah, juga tak pernah bisa bersama. Dimi tak pernah mau menganggap Jana ada. Selalu menolak hingga jana menjadi gelap mata.
Jana lalu rela melakukan segalanya agar selalu terlihat di mata Dimi.
Termasuk menyingkirkan Gwen - perempuan yang disukai Dimi.
Ketika akhirnya Jana tahu Dimi tak akan pernah memilihnya, Cakra hadir.
Hidup yang sama kelam, luka yang sama dalam, membuat Cakra menjadi orang yang paling mengerti Jana.
Dan Cakra juga yang membuat Jana sadar ... sebenarnya, siapakah dia selama ini?
***
Jana yang sejak dahulu mengejar Dimi tiba-tiba menjadi seorang psycho karena Gwen jadian dengan Dimi. Jana menggunakan segala cara untuk merusak hubungan mereka berdua. Lalu, seorang Cakra hadir dalam hidup Jana, seperti teman yang telah lama hidup dalam ketidaksenangan, mereka dengan begitu cepatnya menjadi cocok. Hingga suatu saat Jana akhirnya mencoba melepaskan Dimi dalam hidupnya dan Cakra mencoba untuk menghentikannya melakukan hal yang akan disesali di kemudian hari. Apakah Cakra berhasil menyembuhkan Jana akan lukanya di masa lalu dan sekarang atau ia juga akan menjadi kesekian orang yang menorehkan luka pada Jana?
CERITAKU
Buku ini sudah kudapatkan pada 2016 lalu di sesi tanya jawab penulis Sofi Meloni dalam peluncuran bukunya, Look at Me Please. Akhirnya, buku ini bertengger di dalam laci selama kurang lebih dua tahun dan pada 2018 akhirnya membuka lapisan plastik yang membungkus dan mulai membacanya. Tak lebih dari seminggu aku membacanya, tetapi aku baru bisa membuat ulasannya sekarang.
PANDANGANKU
Secara alur, buku ini mungkin terlihat hanya kisah cinta biasa mengenai seseorang yang terobsesi untuk memiliki orang lain dengan bumbu-bumbu masa lalu. Namun, Inggrid Sonya mampu mengubah semua stigma tersebut. Masa lalu yang akhirnya menjadi suatu plot twist tersendiri di akhir dan juga cara Jana sebagai tokoh utama akhirnya bisa keluar dari masalah yang dihasilkannya sendiri menjadi daya ketertarikan.
Pembaca bisa melihat perkembangan sikap seluruh tokoh, terutama Jana, Dimi, dan Cakra. Sebagai pembaca, aku bisa saja kesal dengan kelakuan Jana di luar batas serta Dimi sebagai 'teman terdekat' yang akhirnya tak bisa menjadi penopangnya lagi. Akan tetapi, seiring halaman buku ini bertambah, mereka menjadi lebih dewasa yang berbanding lurus dengan usia mereka yang juga sebentar lagi mendekati usia matang. Ada kebahagiaan tersendiri ketika akhirnya melihat tokoh utama yang terlihat berbeda dan menjadi tokoh fiksi yang lebih baik di akhir cerita.
Selain itu, buku ini termasuk salah satu karya yang bisa dibilang mendapat nilai plus melalui bahasanya. Buku ini menggunakan bahasa sastra, tetapi masih dapat dimengerti oleh aku yang saat itu masih berusia 15 tahun. Diksi yang digunakan, penggambaran akan suasana yang diciptakan, rasanya tak percaya bahwa naskah novel ini ditulis oleh seorang anak kelas 3 SMA. Hanya saja, untuk pencetakan selanjutnya, mungkin hal-hal seperti saltik dapat direvisi kembali, seperti penulisan psycho menjadi phsyco.
Judul yang dicetuskan oleh Inggrid Sonya pun akhirnya akan diketahui sendiri maknanya seiring berjalannya cerita. Pemilihan kaver untuk buku ini pun tergolong cukup unik karena tak begitu banyak buku yang menggunakan warna hitam sebagai warna dasar. Aksen berwarna putih yang menggambarkan seorang perempuan dalam sangkar menambah rasa penasaran dari calon pembaca.
Secara keseluruhan, buku ini bisa menjadi referensi buku remaja yang menggunakan bahasa sastra dan bisa menjadi kesenangan bagi mereka yang mencari kisah yang terlihat klise tetapi mengandung banyak nilai dan plot twist.
Rating (of 5): ⚠️⚠️⚠️⚠️
Comments
Post a Comment